Rabu, 24 Agustus 2011

Rindi Wai: Obyek Wisata Yang Belum Tersentuh


rw1.jpgWaingapu.Com - Sumba Timur kaya akan tempat-tempat wisata. Dengan keadaan alam yang masih alami menjadikan Sumba Timur patut untuk dilirik sebagai tujuan wisata. Salah satu tempat wisata yang belum tergarap adalah Rindi Wai. Siapa yang tahu kalau di daerah sana ada sebuah danau yang terletak didataran tinggi yang dikelilingi oleh pengunungan dan hutan pohon pinang?
Team Waingapu.Com (Minggu/10/11/2007) berkunjung ke sana, untuk melihat secara dekat lokasi tersebut. Rindi Wai terletak 70 Km di sebelah timur Kota Waingapu, tepatnya di Kecamatan Rindi Umalulu. Dari Kampung Praiyawang, kami harus menempuh perjalan ke arah selatan kurang lebih 1 Km ke lokasi tersebut dan menitipkan kendaraan di salah satu rumah penduduk setempat, sebab untuk ke lokasi Rindi Wai harus ditempuh dengan berjalan kaki. Jaraknya kurang lebih 200 meter.
Di sepanjang jalan setapak yang kami lalui banyak pohon pinang yang tumbuh. Jaln setapak tersebut agak menanjak. Walaupun demikian perjalan kami tidak mengalami kesulitan karena suasana yang sejuk dan dingin, apalagi pemandangan yang tampak hanyalah warna hijau pepohonan. Daerah yang subur.
rw3.jpg
Rindi Wai yang belum terjamah
Setelah kurang lebih 10 menit berjalan kaki, kami tiba di lokasi Rindi Wai. Dari atas ketinggian, tampaklah danau Rindi Wai yang indah. Tampaknya ada segerombolan bebek liar yang berenang, dan menurut Umbu Reygen yang memandu kami, "Pada tahun 1980-an ada seorang anggota polisi yang melepas benih ikan, dan sekarang kami sering ke sini untuk memancing. Ikannya sebesar lengan manusia", demikian Umbu Reygen menceritakan kepada kami. Posisi Rindi Wai berada di tengah-tengah pengunungan. "Sumber airnya berasal dari air terjun yang terletak cukup jauh dari sini", Umbu Reygen menambahkan.
Setelah berkeliling di lokasi tersebut dan mengambil beberapa gambar, kami akhirnya kembali ke Kampung Praiyawang. Beristrahat untuk beberapa saat di rumah panggung milik keluarga Umbu Reygen. Rindi Wai menjadi alternatif wisata yang menjanjikan buat wisatawan jika saja pemerintahan Sumba Timur melihat ini sebagai aset daerah.

Tempat Kunjungan WISATA di Sumba timur. NTT

Kabupaten Sumba Timur Ibukotanya Waingapu dengan julukannya "Matawai Amahu Pada Njara Hamu" yang artinya Mata air yang jenih dan padang rumput kuda yang hijau. Disini aku coba menceritakan tentang pengalamanku selama berada di pulau itu, sekaligus mengiformasikan tempat-tempat wisata yang pernah aku kunjungi. Semoga saja dengan informasi yg sederahana ini dapat membantu Anda bila berada di kabupaten sumba timur. Selamat datang dan selamat berkunjung semoga menyenangkan.

1. Mengunjungi kampung Raja Prailiu dan Kampung Kelu: Dikedua kampung ini kita dapat melihat proses pembuatan warna kain dan sekaligus melihat bagaimana cara untuk menenun selembar kain dengan peralatan yang sederahana dan secara tradisionil
. Dikampung yang sama terdapat beberapa rumah adat dan kuburan raja yang tebuat dari batu dan tentunya sudah sangat tua. 
Letak dari kedua kampung ini masih didalam kota waingapu, dan bila ingin mengunjunginya kita dapat berjalan kaki dari tempat dimana kita menginap. Diantara kedua kampung diatas ada sebuah bukit atau puncak, "Puncak Padadita", Dari atas puncak itu pemandangannya sangat terpesona.













2. Mengunjungi kampung Lambanapu:
Disana kita dapat melihat penduduk kampung lagi menenun kain/ ikat, Dan di tempat yang sama kita dapat melihat batu kubur tua dan rumah adat. Kampung ini letaknya 5 km dari kota waingapu jalan menuju bendungan Kambaniru. Didalam sungai yg telah membentuk bendungan ini ada ikan air tawar, siapaun boleh mengambilnya atau memancing, dan juga kita dapat menyewahkan perahu nelayan untuk melihat disekitarnya.
3. Mengunjungi kampung Watu Mbaka,
kampung Kawangu dan kampung Mau Liru. Ketiga kampung ini letaknya berdekatan dengan jarak : 7 - 15 km dari kota waingapu

. Di kampung Kawangu dan Watu mbaka, kita dapat melihat penduduk kampungnya lagi menenun kain/ikat. Juga terdapat beberapa rumah adat dan kuburan raja yang sudah tua.

Sebelum memasuki kampung Mau Liru ada jembatan kambaniru dan Bandara Mau Hau,didepan dari bandara itu ada Puncak Persaudaraan, dari atas puncak itu kita dapat menikmati keindahan alam di sekitar kota waingapu yang ditemani oleh elokan sungai kambaniru dan padang rumput savana.

4. Mengunjungi kampung Rende dan kampung Pau yang terletak di wilayah Malolo: Di kedua kampung ini kita dapat menyaksikan proses pewarna dan penenunan kain  ikat yang
namanya "Hinggi Pahikung dan Hinggi Kombu" Dan di kampung yang sama terdapat  beberapa rumah adat, kuburan raja yang sudah sangat tua yang berhiaskan ukiran-ukiran yang unik dan bersejarah. Untuk menuju ke kampung Pau bila kita mengendarai kendaraan sendiri, sebelum memasuki kampung melolo belok kanan ( 1km dari jalan umum) Sedangkan Letak
kampung Rende di pinngir jalan raya menuju kampung „Kaliuda“, Jaraknya sekitar 60 km dari kota Waingapu dan masih didalam wilayah kecamatan Melolo. Untuk dapat mengunjungi di kedua kampung ini,dapat menumpang Bus umum dari kota waingapu.

Sebelum memasuki wilayah Melolo, diPerjalanan kita akan melewati Pantai Walakiri dan pantai patawang: DiPantai itu lautnya tenang, sangat cocok untuk snorkeling dan berenang. pantai pasir putih yang ditemani oleh hutan bakau. Dari kota Waingapu ke pantai walakiri jaraknya 30 km sedangkan ke pantai patawang jaraknya 50km
.


























5. Mengunjungi kampung Kaliuda.
Kampung ini memiliki cirikhas kainnya berbeda dengan yg ditempat lain. Disini juga kita dapat melihat proses pembuatan warna kain dan penenunannya. Motif kainnya bergambar; Ayam, Kuda dan Udang. Warna khas dari kain Kaliuda: Merah dan Hitam, Putih dan Biru. Letak kampung Kaliuda 15 km sebelum memasuki Pantai Kalala, dan 75 km dari kota Waingapu. ke kampung yang sama kita dapat menumpang Bus jurusan ke Waejelu atau Mangili dari terminal bus waingapu.

6. Mengunjungi Pantai Kalala :
Jarak dari Kota Waingapu, 85 km ke arah timur. Pantai pasir putih dengan gelombang laut mencapai  2 - 3 Meter, sangat cocok untuk pengunjung yang hobinya bermain Selancar atau Surfing. Ke pantai diatas kita dapat menumpang Bus umum jurusan Waejelu dari terminal Bus
waingapu atau malolo.

7. Mengunjungi Pulau Menggudu:
Pulaunya Kecil namun mempunyai potensi sebagai Pusat selancar/Surfing di sumba timur dangan gelombang laut mencapai 3 - 4 Meter, Jarak dari kota Waingapu 90 km, Jurusan kampung Nggongi, dan dari pantai Nggongi kita menyeberang dengan menumpang perahu yang telah disediahkan oleh pemilik Hotel di pulau itu

.

Di Perjalanan menuju kampung
Nggongi kita akan melewati Taman Nasional Wanggameti : Pusat penelitian burung dan habitat lainnya yang ada di sumba timur. Tidak jauh dari kampung Nggongi ada Air Terjun Praingkareha: 120 km dari kota waingapu. Untuk ke tempat yang ada air terjun kita harus meyewa kendaraan pribadi karena jarang ada Bus umun yang melintasi tempat itu.

8. Mengunjungi Pantai Londalima dan
Pantai Purukambera: Pantainya berpasir putih sangat cocok untuk rekreasi dan berenang. Letak pantai ini hanya 7 - 10 km dari kota Waingapu, jalan menuju ke kampung Mondu.

9. Mengunjungi kampung Prainatan:
Satu-satunya kampung tradisional yang masih bertahan di sumba timur, letak kampung ini diatas sebuah bukit dan dari sana kita dapat melihat pemandangan yang sangat spectakuler. Hanya 30 km dari kota waingapu jalan menuju pantai Londalima dan pantai purukambera.


10. Mengunjungi kampung Wunga:
Kampung yang menyimpan sejuta sejarah asal mulanya orang sumba. Letak kampung ini cukup jauh dari kota waingapu, kira-kira 100 km menuju ke utara.Dan dikampung yang sama kita dapat melihat rumah adat dan batu kubur tua.

11. Mengunjungi Pantai Tarimbang:
Pantai berpasir putih dengan gelombang laut  mencapai 3 - 4 Meter. Di tempat ini sangat di gemari para Surfers dari negara Australia. Dari kota Waingapu kira-kira 85 km, jalan menuju kampung Lewa jurusan sumba barat, namun disimpang kampung Makaminggit belok ke kiri. Dari simpang kampung itu menuju pantai tarimbang sekitar 45 km.

Penginapan atau Hotel yang ada di dalam kota Waingapu Sumba Timur:

1. Hotel Merlin

2. Hotel Sandlewood

3. Hotel Elwin

4. Losmen Kaliuda

5. Losmen Jimmy

6. Losmen Permata

Penginapan yang ada di tepi pantai :

1. Kalala Resort Beach Hotel

2. Pulau Manggudu Resort Beach Hotel

3. Losmen Tarimbang

Note:

"Kombu" adalah nama dari pohon Mangkudu yang tumbuh sumbur di pulau sumba. Akar dan kulitnya dipergunakan untuk membuat warna dari selembar kain. Akar kayu kombu untuk warna kuning dan kulitnya untuk warna merah. Proses pembuatan warnanyapun membutuhkan waktu yang cukup lama.

"NILA" adalah warna biru yang diambil dari jenis rumput yang namanya rumput nila dan rumput jenis ini paling banyak terdapat dipulau sumba.

TIPS:

Untuk Menghemat waktu di dalam perjalanan mengelilingi pulau Sumba alangkah baiknya kita menyewah kendaraan sendiri. Tempat penyewahan kendaraannya ada di setiap hotel
di pulau itu atau ke tempat Rent Car yang ada di setiap kota kabupaten. Harga untuk menyewah kendaraan di pulau sumba mencapai Rp.500.000/hari untuk luar kota termasuk Sopir, Dan untuk didalam kota Rp.300.000.

Jadwal Penerbangan untuk sementara ke pulau Sumba:
Penerbangan dari Kupang ke Airport Tambolaka Sumba barat dengan "Merpati Air": Senin - Rabu - Jumat dan Minggu.
Dari Kupang Ke Waingapu Sumba timur : Selasa - Kamis - Sabtu.
Sedangkan dengan Pesawat TRANS NUSA ke Tambolaka dan Waingapu: Setiap Hari.
Penerbangan dari Denpasar dengan menggunakan Pesawat "BATAVIA AIR" menuju Waingapu Sumba timur : Senin - Rabu -Jumat.
Penerbangan Dari Denpasar dengan menggunakan pesawat "NUSANTARA AIR" menuju Waingapu Sumba Timur:  Rabu - Jumat - Minggu.
Penerbangan dengan menggunakan Pesawat "MERPATI AIR" dari Denpasar menuju Waingapu Sumba timur: Senin - Selasa - Kamis - Sabtu.

Note:

Pulau Sumba saat ini memiliki 4 Kabupaten:

1. Kabupaten Sumba Timur Ibukotanya Waingapu.

2. Kabupaten Sumba Tengah Ibukotanya Anakalang.

3. Kabupaten Sumba Barat Ibukotanya Waikabubak

4. Kabupaten Sumba Barat Daya Ibukotanya Waitabula.

Minggu, 21 Agustus 2011

TRADISI PASOLA DI SUMBA BARAT – NTT MENJADI OBJEK WISATA

Pasola, Tragedi Asmara di Padang Savana
Membedah pulau Sumba terbersit pesan Sumba adalah pulaunya para arwah. Di setiap sudut kota dan kampungnya tersimpan persembahan dan pujian para abdi. Nama Sumba atau Humba berasal dari nama ibu model Rambu Humba, istri kekasih hati Umbu Mandoku, salah satu peletak landasan suku-suku atas kabisu-kabisu Sumba. 

Dua pertiga penduduknya adalah pemeluk yang khusuk berbakti kepada arwah para leluhurnya, khususnya kepada bapak besar bersama, sang pengasal semua suku. Marapu menurut petunjuk dan perhitungan para Rato, Pemimpin Suku dan Imam agung para Merapu. Altar megalik dan batu kuburan keramat yang menghias setiap jantung kampung dan dusun (paraingu) adalah bukti pasti akan kepercayaan animisme itu.
Sumba, pulau padang savana yang dipergagah kuda-kuda liar yang kuat yang tak kenal lelah menjelajah lorong, lembah dan pulau berbatu warisan leluhur. Binatang unggulan tingkatan mondial itu semakin merambah maraknya perang akbar pasola, perang melempar lembing kayu sambil memacu kuda, untuk menyambut putri nyale, si putri cantik yang menjelma diri dalam ujud cacing laut yang nikmat gurih. 


Pasola berasal dari kata `sola’ atau `hola’, yang berarti sejenis lembing kayu yang dipakai untuk saling melempar dari atas kuda yang sedang dipacu kencang oleh dua kelompok yang berlawanan. Setelah mendapat imbuhan `pa’ (pa-sola, pa-hola), artinya menjadi permainan. Jadi pasola atau pahola berarti permainan ketangkasan saling melempar lembing kayu dari atas punggung kuda yang sedang dipacu kencang antara dua kelompok yang berlawanan.
Pasola diselenggarakan di Sumba Barat setahun sekali pada bulan Februari di Kodi dan Lamboya. Sedangkan bulan Maret di Wanokaka. Pasola dilaksanakan di bentangan padang luas, disaksikan oleh segenap warga Kabisu dan Paraingu dari kedua kelompok yang bertanding dan oleh masyarakat umum.
Sedangkan peserta permainan adalah pria pilih tanding dari kedua Kabisu yang harus menguasai dua keterampilan sekaligus yakni memacu kuda dalam kecepatan super tinggi (super speed power) dan melempar lembing (hola). Pasola biasanya menjadi klimaks dari seluruh rangkaian kegiatan dalam rangka pesta nyale.

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites